Sumatra Cyber ~ Kudengar pertamakali kabar bahwa ada seorang kyai dari Jogja meneliti keberadaan Kuil Sulaiman adalah di Indonesia . Saat itu saya tidak terlalu tertarik karena masih berpegangan kuat pada doktrin teks-teks kitab tafsir, yang memang sangat sedikit menyinggung Nusantara (Indonesia), selain alasan kebanyakan para ulama mufassir adalah bukan dari Indonesia. Singkatnya, semakin saya simak semakin terpana dan ingin kuucapkan apresiasi besar kepada sang peneliti, Romo KH. Fahmi Basya.
Inilah sekelumit catatan yang bisa Anda simak sendiri dalam video “Borobudur Peninggalan Nabi Sulaiman” yang sudah bisa didownload di youtube. Jika selama ini banyak ilmuwan-ilmuwan mengatakan bahwa negeri Saba’ yang diceritakan dalam al-Quran itu berada di daerah yang sekarang adalah Yaman, maka menurut KH. Fahmi Basya negeri Saba’ itu sebenarnya berada di Indonesia.
Dalam flying book itu KH. Fahmi Basya mengungkapkan dengan bukti-bukti ilmiah bahwa candi Borobudur bukanlah hasil kebudayaan Hindu, sebagaimana kita ketahui selama ini. Candi Borobudur sudah ada sejak lama, jauh sebelum Hindu ada di Nusantara ini. Berdasarkan penelitiannya, candi Borobudur itu bahkan dibangun oleh Nabi Sulaiman dengan bantuan para jin pada jaman ketika Nusantara belum berbentuk seperti sekarang, yaitu masih berupa daratan yang luas. Banyak data dan analisis yang dipaparkan dalam flying book itu sebagai bukti terhadap argumen ini.
Untuk mengetahui salah satu bukti argumen itu, sebelumnya ada baiknya kita mengetahui simbol lafadz Bismillah. Simbol itu bisa dibuat dengan melukis sebuah 7 buah lingkaran sama besar yang salah satu lingkaran berada di tengah dan dikelilingi oleh 6 lingkaran lainnya.
Masing-masing lingkaran mewakili satu huruf pada lafadz Bismillah yaitu Ba’, Sin, Mim, Alif, Lam, Lam, dan Ha’. Jika keenam lingkaran di luar masing-masing titik pusatnya secara berurutan dihubungkan dengan garis kemudian lingkaran-lingakaran yang di luar itu dihapus, jadilah bentuk itu sebagai segi enam dengan lingkaran di tengahnya. Itulah simbol lafadz Bismillah.
Sekarang mari kita amati salah satu kontur yang banyak terukir di batu-batu candi Borobudur. inilah kontur itu. Ternyata bentuk itu banyak sekali kita temukan pada batu-batu di candi Borobudur. Segi enam dengan lingkaran d itengahnya. Apakah arti bentuk itu? Ternyata simbol segi enam dengan lingkaran di bawahnya adalah simbol lafadz Bismillah. Demikianlah salah satu bukti analisa yang disampaikan oleh KH. Fahmi Basya dalam flying booknya.
Selain itu, dalam flying book tersebut juga diungkapkan secara ilmiah bahwa candi Borobudur dahulunya bukan di tempat seperti yang sekarang, melainkan sempat mengalami pemindahan dengan kecepatan pemindahan melebihi kecepatan cahaya (60.000 kali). Hal ini mengakibatkan kontur candi Borobudur mengalami peluruhan. Pemindahan candi ini sesuai cerita dalam al-Quran: “Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmatNya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.” (QS. an-Naml ayat 40).
Selama ini yang sering diungkapkan adalah bahwa pemindahan itu dari Yaman ke Palestina, namun sesungguhnya bukti nyatanya belum pernah ditemukan. Lalu menurut penelitian KH. Fahmi Basya, di mana letak candi Borobudur sebelum dipindahkan? Jawabannya adalah di kawasan candi Boko yang terletak di Kabupaten Bantul. Di kawasan itu nampak bekas-bekas adanya candi besar. Namun, candi besar itu hilang, entah bagaimana hilangnya, yang jelas bukan karena hancur atau runtuh. Bahkan di kawasan candi Boko ditemukan serpihan-serpihan sisa candi yang konturnya mirip dengan kontur candi Borobudur. Hanya saja, kontur yang ada di kawasan candi boko ini tampak lebih jelas dibandingkan dengan kontur yang ada di candi Borobudur. Hal ini disebabkan peluruhan yang terjadi akibat pemindahan dengan kecepatan 60.000 kali kecepatan cahaya tadi.
Lebih jauh lagi KH. Fahmi Basya membahas sisi lain dari candi Borobudur, yaitu bahwa desain candi Borobudur sangat kompleks dan memiliki makna yang dalam. Misalnya relief yang ada di dinding-dindingnnya, ukuran volume candi yang membentuk balok al-Quran (23x23x12 = 6348 = jumlah ayat dalam al-Quran berserta Basmalah), bahkan bukti foto google art yang menunjukkan bahwa puncak candi membentuk sebuah garis lurus yang menghubungkannya dengan rukun syam dan hajar aswad Ka’bah. Dan banyak lagi fakta-fakta yang dikemukakan dalam flying book itu.
Nama Saba’ sendiri didapat dari al-Quran, dimana secara singkat al-Quran surat an-Naml dan surat Saba’ menceritakan bahwa negeri Saba’ dahulu merupakan sebuah negeri yang amat makmur, subur tanahnya dan maju bangsanya. Dalam negeri itu pernah hidup para nabi terdahulu seperti nabi Daud As., Nabi Sulaiman As., dan juga seorang ratu perempuan yang amat melegenda yaitu Ratu Bilqis. Namun, negeri itu dimusnahkan oleh Allah Swt. dengan sebuah banjir yang amat besar karena kemusyrikan bangsa di negeri itu, yaitu mereka melakukan ibadah menyembah matahari.
Sementara itu, dalam sebuah legenda yang sangat terkenal di dunia, konon pernah ada sebuah negeri yang karakteristiknya hampir mirip dengan yang diceritakan al-Quran itu. Negeri itu bernama negeri Atlantis. Negeri itu berada di sebuah daratan yang luas dan subur, dan dihuni oleh bangsa maju dan makmur, unggul dalam hal irigasi pertanian. Daratan luas itulah yang disebut sebagai benua Atlantis yang mana benua itu musnah pada jaman es. Seiring tenggelamnya daratan Atlantis, maka musnahlah negeri Atlantis yang begitu makmur itu.
Berdasarkan kemiripan kisah dalam al-Quran dan legenda yang berkembang di hampir seluruh penjuru dunia itu, bisa jadi, negeri Saba’ yang dimaksudkan dalam al-Quran itu tak lain adalah negeri Atlantis yang dulu mendiami daratan Atlantis yang kini sudah musnah akibat banjir besar di jaman es. Benar atau tidaknya memang masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Selama ini hampir kebanyakan ilmuwan mengatakan bahwa negeri Saba’ yang disebutkan dalam al-Quran itu terletak di daerah Yaman, bahkan dalam banyak tafsir al-Quran pun mengatakan demikian. Namun, melalui ekspedisi dan penelitiannya, yang hasilnya dibuat dalam bentuk flying boook, KH. Fahmi Basya menyimpulkan bahwa bukanlah daerah Yaman letak sebenarnya negeri Saba’ itu, melainkan ia berada di sebuah wilayah dengan pusatnya di pulau Jawa, dimana dahulu wilayah itu mencakup wilayah Indonesia dan masih merupakan sebuah daratan yang luas atau berupa sebuah benua.
Berikut saya tuliskan 14 bukti yang dikemukakan oleh KH. Fahmi Basya yang mengungkapkan bahwa negeri Saba’ dalam al-Quran itu bukan terletak di Yaman melainkan di Indonesia:
1.Nama Saba’ itu sendiri. “…dan kubawa kepadamu dari negeri Saba’ suatu berita penting yang diyakini.” (QS. 27:22). Di Indonesia ada nama dan tempat bernama Saba’ (tempat pertemuan) dan ada tempatnya. Sementara di Yaman tidak ada, yang ada hanya sabuun (prasasti), tapi tidak ada nama tempat bernama Saba’.
2.Hutan Saba’. “Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah hutan (kebun) di sebelah kanan dan di sebelah kiri.” (QS.34:14). Disebutkan terdapat hutan sebagai tanda kekuasaan (ayat). Allah menyebut sesuatu sebagai ayat maka berarti sesuatu tersebut tidak akan hilang dan tetap dapat diamati oleh manusia. Sebagaimana dalam QS. 54:15 Allah menyebut kapal Nabi Nuh sebagai ayat dan itu kita temukan. Maka sesuai sebutan “ayat” itu seharusnya hutan itu juga bisa ditemukan atau pastilah hutan Saba’ itu masih ditemukan. Kita bisa buka dalam kamus bahasa Jawa Kawi, HUTAN dalam bahasa Jawa adalah WANA, dan SABA’ berarti PERTEMUAN. Jadi hutan Saba’ itu ada di pulau Jawa yaitu WANASABA=WONOSOBO Ada juga nama Sleman yang berasal dari kata Sulaiman. Sementara di Yaman tidak diketemukan nama-nama semacam itu.
3.Tempat bersujud (menyembah) kepada matahari. “Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah (bersujud kepada) matahari…” (QS. 27:24). Di Yaman tidak dijumpai tempat semacam itu, sementara di Indonesia tempat semacam itu ada yaitu di kawasan bukit candi Boko. Di sana ada tempat yang digunakan untuk menyembah matahari yang berupa bangunan di atas bukit menghadap ke timur, ke arah matahari terbit.
4.Bangunan di lembah semut. “Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk karunia Tuhanku…” (QS. 27:40). Di Yaman tidak ada bangunan semacam ini, tapi di Indonesia ada, yaitu candi Borobudur. Candi Borobudur terletak di sebuah lembah, dan itulah lembah semut, lembah terindah di dunia.
5.Fakta pemindahan. Ada bekas stupa di candi Boko (36 km dari candi Borobudur), dimana tekstur bekas stupa itu sangat mirip dengan yang ada di candi Borobudur, di Yaman tidak ada.
6.Sidrin qalil. “…sesuatu yang disebut sidrin qalil.” (QS. 34:16). Di Indonesia “sidrin qalil” ini masih ada sampai sekarang, yaitu terdapat di candi Boko, sementara di Yaman tidak ada.
7.Buah yang rasanya pahit, dan menjadi buah mulut (cerita rakyat). “…dan kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit…” (QS. 34:16). Di Indonesia ada buah yang rasanya pahit yaitu buah MAJAPAHIT, di Yaman tidak ada.
8.Sisa banjir. “… Maka kami datangkan kepada mereka banjir yang besar…” (QS. 34:16). Di Yaman disebutkan banjir ini disebabkan runtuhnya bendungan Ma’rib (sebesar bendungan situ gintung) tapi banjir yang semacam ini terlalu kecil untuk memusnahkan sebuah negeri. Tapi di Indonesia banjir itu ada yaitu banjir sangat besar yang menenggelamkan dataran/dangkalan sunda, mengakibatkan Indonesia terbagi menjadi banyak pulau. Fakta sejarah mengungkapkan bahwa dulu Nusantara merupakan satu wilayah daratan yang luas sebelum menjadi wilayah kepulauan.
9.Bukti bahwa negeri Saba’ telah dihancurkan sehancur-hancurnya. “Maka kami jadikan mereka buah mulut dan kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi setiap orang yang sabar lagi bersyukur.” (QS. 34:19). Di Indonesia fakta jelas mengatakan bahwa wilayah Nusantara yang dulunya satu daratan, setelah banjir besar di jaman es terbagi menjadi 17.000 pulau. Dari 1 menjadi 17.000. Dalam sejarah dunia belum pernah ada daratan yang karena suatu kejadian kemudian menyebabkannya terbagi menjadi 17.000 bagian. Inilah maksud dari dihancurkan sehancur-hancurnya. Sementara di Yaman tidak ada fakta semacam itu.
10.“…Kami bataskan padanya perjalanan…” (QS. 34:18). Setelah banjir besar, maka perjalanan darat menjadi terbatas karena pulau-pulau dibatasi lautan. Sementara di Yaman tidak ditemukakan fakta ini.
11.Jarak terbang ideal. “Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba’ suatu berita penting yang diyakini.” (QS. 27:22). “Pergilah dengan (membawa) suratku ini.” (QS. 27:28). Jarak pemindahan istana adalah sejauh jarak terbang burung (36 km). Di Indonesia jarak ideal ini ada yaitu jarak candi Borobudur-candi Boko. Sementara kalo di Yaman, jarak antara Yaman-Palestina terlalu jauh.
12.“Dan Tuhanmu Maha Memelihara segala sesuatu.” (QS. 34:21). Jadi pastilah Allah memelihara negeri Saba’ yang menjadi ayat (tanda kekuasaan)Nya itu. Di Yaman sudah tidak ada, sementara di Indonesia masih ada.
13.Surat dari Nabi Sulaiman unutk ratu Balqis. “Berkata ia (Balqis): “Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi)nya: “Bismillahirrahmaanirrahiim.” (QS. 27:29-30). Di Indonesia ada bukti yang ditemukan di istana ratu boko berupa lempengan/plat emas bertuliskan “Bismillahirrahmaanirrahiim”, di Yaman tidak ada.
14.Gedung yang tinggi. “Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku).” (QS. 34:13). Di Indonesia jelas ada yaitu candi Borobudur, sedangkan di Yaman tidak ada.
Wallahu A’lam bishawab.