Sumatra Cyber ~ Ibnu Mash’ud berkata: “Ketika Rasulullah Saw telah mendekati ajalnya, beliau mengumpulkan kami sekalian di kediaman ibu kita Siti Aisyah, kemudian beliau memperhatikan kami sekalian sehingga berderailah air matanya dan bersabda: “Selamat datang bagi kamu sekalian dan mudah-mudahan kamu sekalian dibelas kasihani oleh Allah, saya berwasiat agar kamu sekalian bertaqwa kepada Allah serta mentaatiNya. Sungguh telah dekat hari perpisahan kita dan telah dekat pula saat hamba yang dikembalikan pulang kepada Allah ta’ala dan menemui surgaNya. Kalau sudah datang saat ajalku, hendaklah Ali yang memandikan, Fadhal bin Abas yang menuangkan air, dan Usamah bin Zaid yang menolong keduanya, kemudian kafanilah aku dengan pakaianku sendiri, bila kamu sekalian menghendaki, atau dengan kain Yaman yang putih; Kalau kamu sekalian memandikan aku, maka taruhlah aku diatas balai tempat tidurku dirumahku ini, dekat dengan lobang lahatku. Sesudah itu keluarlah kamu sekalian barang sesaat meninggalkan aku. Pertama-tama yang mensholati aku ialah Allah Aza wajalla, kemudian malaikat Jibril, kemudian malaikat Isrofil, malaikat Mikail, kemudian malaikat Izroil dan beserta para pembantunya, selanjutnya semua para malaikat. Sesudah itu masuklah kamu sekalian dengan berkelompok-kelompok dan lakukan sholat untukku.”
Setelah mereka mendengarkan ucapan perpisahan Nabi Muhammad Saw, mereka para sahabat menjerit dan menangis seraya berkata, “Wahai Rasullullah, Engkau adalah seorang Utusan untuk Kami sekalian , menjadi kekuatan dalam pertemuan Kami dan sebagai penguasa yang mengurus perkara Kami, bila mana Engkau telah pergi dari Kami, kepada siapakah Kami kembali dalam segala persoalan?”
Rasullullah bersabda,”Telah kutinggalkan kamu sekalian pada jalan yang benar dan diatas jalan yang terang dan telah kutinggalkan pula untuk kamu sekalian dua penasehat yang satu pandai bicara yang satunya diam saja, yang pandai bicara adalah al-Qur’an dan yang diam adalah ajal atau kematian. Apabila ada persoalan yang sulit bagimu, maka kembalilah kamu sekalian kepada Al-Qur’an dan kepada sunnah. Dan kalau hati kamu keras membatu maka lunakkan dia dengan mengambil tamsil ibarat dari hal ihwal mati.
Sesudah itu maka Rasullullah Saw menderita sakit mulai akhir bulan Shafar selama delapan belas hari. Para sahabat pun menengok silih berganti. Sedang penyakit yang diderita mulai hari pertama sehingga akhir hayatnya ialah pusing kepala.
Rasullullah mulai menjadi Rasullullah pada hari senin dan wafat juga pada hari senin.
Tatkala pada hari senin, penyakit beliau bertambah berat. Maka setelah Bilal selesai adzan subuh, dia pergi menghampiri pintu rumah Rasullullah Saw sambil mengucapkan salam, “Assalamu alaika ya Rasullullah!”
Siti Fatimah menjawab, “ Rasullullah masih sibuk dengan dirinya sendiri”
Bilal terus kembali masuk ke Masjid, dia tidak memahami kata-kata Fatimah. Ketika waktu subuh makin terang, Bilal datang lagi menghampiri pintu rumah Rasullullah Saw dan salam seperti semula. Rasullullah mendengar suara Bilal itu, maka beliau bersabda:
“Masuklah hai Bilal, aku masih sibuk terhadap diriku sendiri dan penyakitku rasanya bertambah berat. Maka suruhlah Abu Bakar agar sholat berjamaah dengan orang-orang yang hadir. Bilalpun keluar sambil menangis dan meletakkan tangannya diatas kepala, sambil mengeluh, “Aduh musibah, susah, terputus harapan, telah habis hilang tempat tujuan, andaikata ibuku tidak melahirkan aku.”
Bilal terus masuk masjid dan berkata,”Hai sahabat Abu Bakar, sungguh Rasullullah menyuruh engkau agar sholat bersama-sama dengan orang yang hadir, karena Beliau sibuk mengurusi dirinya yang sedang sakit. Ketika Abu Bakar melihat mihrab (tempat sholat imam) kosong dan Rasullullah tidak hadir, maka Abu Bakar menjerit keras sekali dan jatuh tersungkur karena pingsan.
Maka ributlah kaum muslimin, sehingga Rasullullah mendengar keributan mereka, dan bertanya kepada Fatimah, “Hai Fatimah mengapa pagi ini, dan apakah keributan di sana itu?”
Siti Fatimah menjawab, “Keributan di sana itu ialah kaum muslimin sendiri, karena engkau tidak hadir”.
Maka Rasullullah Saw memanggil Ali dan Fadhan bin Abbas, lalu beliau bersandar kepada keduanya dan ke luar rumah menuju masjid lalu sholat bersama-sama dengan mereka dua rakaat. Selesai sholat beliau berpaling ke belakang dan bersabda, ”Hai kaum muslimin, Kamu semua dalam pemeliharaan dan pertolongan Allah, oleh sebab itu bertaqwalah kepada Allah serta mentaatinya, maka sesungguhnya saya akan meninggalkan dunia ini. Dan di hari ini hari pertamaku di akhirat dan hari terakhir bagiku di dunia”.
Lalu Rasullullah Saw berdiri dan pulang ke rumahnya. Kemudian Allah ta’ala memberi perintah kepada malaikat kematian, ”Turunlah Engkau kepada KekasihKu dengan sebaik-baiknya bentuk, dan lakukan dengan halus dalam mencabut ruhnya, kalau dia mengijinkan kamu masuk, masuklah dan kalau tidak mengijinkan maka janganlah masuk dan kembalilah”.
Maka malaikat kematian pun turun dengan bentuk seperti orang Arab Baduwi desa, seraya mengucapkan salam, “Assalamu ‘alaikum ya ahlal baiti nubuwwati wa ma’danir risalati adkhulu?(mudah-mudahan keselamatan tetap untuk kamu sekalian, wahai penghuni rumah kenabian dan sumber risalah, apakah saya boleh masuk?)”
Maka Rasullullah Saw mendengarkan suara malaikat kematian itu dan bersabda, “Hai Fatimah, siapa yang berada di pintu?”
Siti Fatimah menjawab, “Seorang Arab Baduwi yang memanggi dantelah aku katakan bahwa Rasullullah sedang sibuk menderita sakitnya, kemudian memanggil lagi yang ketiga kali seperti itu juga, maka dia memandang tajam kepadaku, sehingga menggigil gemetar badanku, terasa takut hatiku dan bergeraklah sendi-sendi tulangku seakan-akan hampir berpisah satu sama lainnya serta berubah menjadi pucat warnaku, Rasullullah Saw bersabda, “Tahukah engkau wahai Fatimah, siapa dia”
Siti Fatimah menjawab, “Tidak”
Rasullullah bersabda, “Dia adalah Malaikat yang mencabut segala kelezatan, yang memutus segala macam nafsu syahwat, yang memisahkan perkumpulan-perkumpulan dan yang memusnahkan semua rumah serta meramaikan keadaan kuburan.”
Maka menangislah Siti Fatimah, dengan tangisan yang keras sekali sambil berkata, “ Aduhai celaka nantinya, sebab kematiannya Nabi yang terakhir, sungguh merupakan bencana besar dengan wafatnya orang yang paling taqwa, terputusnya dari pimpinannya para orang-orang yang suci serta penyesalan bagi kami sekalian karena terputusnya wahyu dari langit, maka sungguh saya terhalang mendengarkan perkataan engkau, dan tidak lagi bisa mendengarkan salam engkau sesudah hari ini”
Kata Rasullullah, “Jangan Engkau menangis Fatimah, karena sesungguhnya, engkaulah dari antara keluargaku yang pertama berjumpa dengan aku” Selanjutnya Rasullullah Saw bersabda, “Masuklah Engkau Malaikat Kematian, Maka Malaikat Kematianpun masuk sambil mengucapkan salam, “Assalamu ‘alaika yaa Rasullullah”
Rasullullah menjawab, “Wa laika salam, hai malaikat kematian, engkau datang untuk berkunjung atau untuk mencabut nyawaku?”
Kata malaikat Kematian, “Saya datang untuk berkunjung dan untuk mencabut nyawa, sekiranya Engkau mengijinkan. Kalau tidak maka saya akan kembali”.
Kata Rasullullah, “ Hai Malaikat Kematian, dimana Jibril Engkau tinggalkan?”
Kata malaikat Kematian, ”Dia saya tinggalkan di langit dunia dan para malaikat sedang menghormat memuliakan dia”.
Tidak selang sesaat Malaikat Jibril as pun turun dan duduk diarah kepala Rasullullah Saw.
Kata Rasullullah Saw, “Tahukah Engkau kalau ajalku telah dekat?” Jawab malaikat Jibril, “Ya Tahu, Yaa Rasullullah”
Kata Rasullullah, “Beritahukanlah kepadaku kemuliaan yang menggembirakanku di sisi Allah”.
Kata Jibril, “Sungguh pintu-pintu langit telah dibuka, para malaikat telah berbaris rapi, menanti ruh engkau di langit, pintu-pintu surga telah telah dibuka dan para bidadari telah berhias menanti kehadiran ruh Engkau”.
Kata Rasullullah, “Alhamdulillah, Hai Jibril, berilah berita gembira tentang umatku di hari kiamat”.
Jibril berkata, “Saya beritahukan, bahwa sesungguhnya bahwa Allah ta’ala berfirman, Sungguh telah Aku larang para nabi masuk ke dalam Surga, sehingga engkau masuk lebih dulu, dan Aku larang juga semua umat sehingga umat engkau masuk lebih dahulu.”
Kata Rasullullah, “Sekarang telah puas hatiku dan hilanglah rasa susahku. Hai malaikat Kematian mendekatlah kepadaku.”
Malaikat Kematian mendekat dan melaksanakan tugasnya mencabut ruh Beliau, dan ketika ruh sampai di pusat (perut), Rasullullah berkata, “Hai Jibril, alangkah dahsyatnya rasa mati itu” maka malaikat Jibril memalingkan wajahnya dari Rasullullah Saw, “Hai Jibril apakah Engkau tidak suka melihat wajahku?”
Kata Jibril, “Wahai kekasih Allah, siapakah orangnya yang sampai hati melihat wajah Engkau, sedang Engkau di dalam sakaratul maut”.
Annas bin Malik ra berkata, “ketika ruh nabi Muhammad Saw sampai di dada beliau bersabda, Aku wasiatkan agar kamu sekalan menjaga sholat dan apa-apa yang menjadi tanggungannmu maka, masih saja beliau berwasiat dengan keduanya itu sampai putuslah perkataannya.”
Kata Ali ra, ´Sungguh Rasullullah Saw ketika menjelang akhir hanyatnya telah menggerakkan dua bibirnya dua kali, dan ketika saya mendekatkan telinga, saya mendengarkan beliau mengucapkan dengan pelan-pelan, umatku… umatku…”
Maka ruh Rasulullah Saw dicabut pada hari senin bulan Rabi’ul awwal. Seandainya dunia ini akan kekal bagi seseorang, Niscaya Rasulullah Saw di dunia ini akan kekal.
Diriwayatkan, bahwa Ali telah membaringkan jenazah Rasullullah Saw untuk dimandikan tiba-tiba ada suara dari sudut rumah yang mengatakan dengan keras sekali, “Muhammad jangan engkau mandikan karena dia sudah suci dan disucikan” maka timbullah keragu-raguan pada diri Ali terhadap suara itu.
Kata Ali, “Siapa Engkau sebenarnya, karena sesungguhnya Nabi Muhammad Saw telah memerintahkan untuk memandikan.”
Tiba-tiba ada suara lain yang mengatakan, “Wahai Ali, mandikanlah dia,karena sesungguhnya suara yang pertama tadi adalah suara Iblis terkutuk, sebab dengki terhadap Muhammad Saw maka dia bermaksud agar beliau dimasukkan ke dalam kubur tanpa dimandikan”.
Kata Ali, “Semoga Allah membalas kebaikan kepadamu, sebab Engkau telah memberitahukan bahwa tadi itu suara iblis terkutuk, maka siapakah Engkau?”
Suara itu menjawab, “Saya adalah Nabi Khidir, menghadiri jenazah Nabi Muhammad Saw.”
Selanjutnya Ali ra, memandikan Jasad Nabi Muhammad Saw, Fadhal bin Abbas dan Usamah bin Zahid ra yang menuangkan air dan malaikat Jibril telah datang dengan membawa obat penahan kehancuran jasad dari surga. Kemudian mereka mengkafani beliau serta menguburnya di kamar Siti Aisyah ra, di tengah malam Rabu, sedang Siti Aisyah ra berdiri di atas kubur Nabi Muhammad Saw sambil berkata, “Hai orang yang belum pernah mengenakan pakaian dari sutra, dan belum pernah tidur di atas ranjang yang empuk, hai orang yang keluar dari dunia sedang perutnya belum pernah kenyang meskipun dengan roti,dengan gandum kasar; hai orang yang memilih tidur di atas tikar daripada balai/ranjang; hai orang yang tidak tidur sepanjang malam karena takut siksa neraka Sa’ir.
source : kaskus
Setelah mereka mendengarkan ucapan perpisahan Nabi Muhammad Saw, mereka para sahabat menjerit dan menangis seraya berkata, “Wahai Rasullullah, Engkau adalah seorang Utusan untuk Kami sekalian , menjadi kekuatan dalam pertemuan Kami dan sebagai penguasa yang mengurus perkara Kami, bila mana Engkau telah pergi dari Kami, kepada siapakah Kami kembali dalam segala persoalan?”
Rasullullah bersabda,”Telah kutinggalkan kamu sekalian pada jalan yang benar dan diatas jalan yang terang dan telah kutinggalkan pula untuk kamu sekalian dua penasehat yang satu pandai bicara yang satunya diam saja, yang pandai bicara adalah al-Qur’an dan yang diam adalah ajal atau kematian. Apabila ada persoalan yang sulit bagimu, maka kembalilah kamu sekalian kepada Al-Qur’an dan kepada sunnah. Dan kalau hati kamu keras membatu maka lunakkan dia dengan mengambil tamsil ibarat dari hal ihwal mati.
Sesudah itu maka Rasullullah Saw menderita sakit mulai akhir bulan Shafar selama delapan belas hari. Para sahabat pun menengok silih berganti. Sedang penyakit yang diderita mulai hari pertama sehingga akhir hayatnya ialah pusing kepala.
Rasullullah mulai menjadi Rasullullah pada hari senin dan wafat juga pada hari senin.
Tatkala pada hari senin, penyakit beliau bertambah berat. Maka setelah Bilal selesai adzan subuh, dia pergi menghampiri pintu rumah Rasullullah Saw sambil mengucapkan salam, “Assalamu alaika ya Rasullullah!”
Siti Fatimah menjawab, “ Rasullullah masih sibuk dengan dirinya sendiri”
Bilal terus kembali masuk ke Masjid, dia tidak memahami kata-kata Fatimah. Ketika waktu subuh makin terang, Bilal datang lagi menghampiri pintu rumah Rasullullah Saw dan salam seperti semula. Rasullullah mendengar suara Bilal itu, maka beliau bersabda:
“Masuklah hai Bilal, aku masih sibuk terhadap diriku sendiri dan penyakitku rasanya bertambah berat. Maka suruhlah Abu Bakar agar sholat berjamaah dengan orang-orang yang hadir. Bilalpun keluar sambil menangis dan meletakkan tangannya diatas kepala, sambil mengeluh, “Aduh musibah, susah, terputus harapan, telah habis hilang tempat tujuan, andaikata ibuku tidak melahirkan aku.”
Bilal terus masuk masjid dan berkata,”Hai sahabat Abu Bakar, sungguh Rasullullah menyuruh engkau agar sholat bersama-sama dengan orang yang hadir, karena Beliau sibuk mengurusi dirinya yang sedang sakit. Ketika Abu Bakar melihat mihrab (tempat sholat imam) kosong dan Rasullullah tidak hadir, maka Abu Bakar menjerit keras sekali dan jatuh tersungkur karena pingsan.
Maka ributlah kaum muslimin, sehingga Rasullullah mendengar keributan mereka, dan bertanya kepada Fatimah, “Hai Fatimah mengapa pagi ini, dan apakah keributan di sana itu?”
Siti Fatimah menjawab, “Keributan di sana itu ialah kaum muslimin sendiri, karena engkau tidak hadir”.
Maka Rasullullah Saw memanggil Ali dan Fadhan bin Abbas, lalu beliau bersandar kepada keduanya dan ke luar rumah menuju masjid lalu sholat bersama-sama dengan mereka dua rakaat. Selesai sholat beliau berpaling ke belakang dan bersabda, ”Hai kaum muslimin, Kamu semua dalam pemeliharaan dan pertolongan Allah, oleh sebab itu bertaqwalah kepada Allah serta mentaatinya, maka sesungguhnya saya akan meninggalkan dunia ini. Dan di hari ini hari pertamaku di akhirat dan hari terakhir bagiku di dunia”.
Lalu Rasullullah Saw berdiri dan pulang ke rumahnya. Kemudian Allah ta’ala memberi perintah kepada malaikat kematian, ”Turunlah Engkau kepada KekasihKu dengan sebaik-baiknya bentuk, dan lakukan dengan halus dalam mencabut ruhnya, kalau dia mengijinkan kamu masuk, masuklah dan kalau tidak mengijinkan maka janganlah masuk dan kembalilah”.
Maka malaikat kematian pun turun dengan bentuk seperti orang Arab Baduwi desa, seraya mengucapkan salam, “Assalamu ‘alaikum ya ahlal baiti nubuwwati wa ma’danir risalati adkhulu?(mudah-mudahan keselamatan tetap untuk kamu sekalian, wahai penghuni rumah kenabian dan sumber risalah, apakah saya boleh masuk?)”
Maka Rasullullah Saw mendengarkan suara malaikat kematian itu dan bersabda, “Hai Fatimah, siapa yang berada di pintu?”
Siti Fatimah menjawab, “Seorang Arab Baduwi yang memanggi dantelah aku katakan bahwa Rasullullah sedang sibuk menderita sakitnya, kemudian memanggil lagi yang ketiga kali seperti itu juga, maka dia memandang tajam kepadaku, sehingga menggigil gemetar badanku, terasa takut hatiku dan bergeraklah sendi-sendi tulangku seakan-akan hampir berpisah satu sama lainnya serta berubah menjadi pucat warnaku, Rasullullah Saw bersabda, “Tahukah engkau wahai Fatimah, siapa dia”
Siti Fatimah menjawab, “Tidak”
Rasullullah bersabda, “Dia adalah Malaikat yang mencabut segala kelezatan, yang memutus segala macam nafsu syahwat, yang memisahkan perkumpulan-perkumpulan dan yang memusnahkan semua rumah serta meramaikan keadaan kuburan.”
Maka menangislah Siti Fatimah, dengan tangisan yang keras sekali sambil berkata, “ Aduhai celaka nantinya, sebab kematiannya Nabi yang terakhir, sungguh merupakan bencana besar dengan wafatnya orang yang paling taqwa, terputusnya dari pimpinannya para orang-orang yang suci serta penyesalan bagi kami sekalian karena terputusnya wahyu dari langit, maka sungguh saya terhalang mendengarkan perkataan engkau, dan tidak lagi bisa mendengarkan salam engkau sesudah hari ini”
Kata Rasullullah, “Jangan Engkau menangis Fatimah, karena sesungguhnya, engkaulah dari antara keluargaku yang pertama berjumpa dengan aku” Selanjutnya Rasullullah Saw bersabda, “Masuklah Engkau Malaikat Kematian, Maka Malaikat Kematianpun masuk sambil mengucapkan salam, “Assalamu ‘alaika yaa Rasullullah”
Rasullullah menjawab, “Wa laika salam, hai malaikat kematian, engkau datang untuk berkunjung atau untuk mencabut nyawaku?”
Kata malaikat Kematian, “Saya datang untuk berkunjung dan untuk mencabut nyawa, sekiranya Engkau mengijinkan. Kalau tidak maka saya akan kembali”.
Kata Rasullullah, “ Hai Malaikat Kematian, dimana Jibril Engkau tinggalkan?”
Kata malaikat Kematian, ”Dia saya tinggalkan di langit dunia dan para malaikat sedang menghormat memuliakan dia”.
Tidak selang sesaat Malaikat Jibril as pun turun dan duduk diarah kepala Rasullullah Saw.
Kata Rasullullah Saw, “Tahukah Engkau kalau ajalku telah dekat?” Jawab malaikat Jibril, “Ya Tahu, Yaa Rasullullah”
Kata Rasullullah, “Beritahukanlah kepadaku kemuliaan yang menggembirakanku di sisi Allah”.
Kata Jibril, “Sungguh pintu-pintu langit telah dibuka, para malaikat telah berbaris rapi, menanti ruh engkau di langit, pintu-pintu surga telah telah dibuka dan para bidadari telah berhias menanti kehadiran ruh Engkau”.
Kata Rasullullah, “Alhamdulillah, Hai Jibril, berilah berita gembira tentang umatku di hari kiamat”.
Jibril berkata, “Saya beritahukan, bahwa sesungguhnya bahwa Allah ta’ala berfirman, Sungguh telah Aku larang para nabi masuk ke dalam Surga, sehingga engkau masuk lebih dulu, dan Aku larang juga semua umat sehingga umat engkau masuk lebih dahulu.”
Kata Rasullullah, “Sekarang telah puas hatiku dan hilanglah rasa susahku. Hai malaikat Kematian mendekatlah kepadaku.”
Malaikat Kematian mendekat dan melaksanakan tugasnya mencabut ruh Beliau, dan ketika ruh sampai di pusat (perut), Rasullullah berkata, “Hai Jibril, alangkah dahsyatnya rasa mati itu” maka malaikat Jibril memalingkan wajahnya dari Rasullullah Saw, “Hai Jibril apakah Engkau tidak suka melihat wajahku?”
Kata Jibril, “Wahai kekasih Allah, siapakah orangnya yang sampai hati melihat wajah Engkau, sedang Engkau di dalam sakaratul maut”.
Annas bin Malik ra berkata, “ketika ruh nabi Muhammad Saw sampai di dada beliau bersabda, Aku wasiatkan agar kamu sekalan menjaga sholat dan apa-apa yang menjadi tanggungannmu maka, masih saja beliau berwasiat dengan keduanya itu sampai putuslah perkataannya.”
Kata Ali ra, ´Sungguh Rasullullah Saw ketika menjelang akhir hanyatnya telah menggerakkan dua bibirnya dua kali, dan ketika saya mendekatkan telinga, saya mendengarkan beliau mengucapkan dengan pelan-pelan, umatku… umatku…”
Maka ruh Rasulullah Saw dicabut pada hari senin bulan Rabi’ul awwal. Seandainya dunia ini akan kekal bagi seseorang, Niscaya Rasulullah Saw di dunia ini akan kekal.
Diriwayatkan, bahwa Ali telah membaringkan jenazah Rasullullah Saw untuk dimandikan tiba-tiba ada suara dari sudut rumah yang mengatakan dengan keras sekali, “Muhammad jangan engkau mandikan karena dia sudah suci dan disucikan” maka timbullah keragu-raguan pada diri Ali terhadap suara itu.
Kata Ali, “Siapa Engkau sebenarnya, karena sesungguhnya Nabi Muhammad Saw telah memerintahkan untuk memandikan.”
Tiba-tiba ada suara lain yang mengatakan, “Wahai Ali, mandikanlah dia,karena sesungguhnya suara yang pertama tadi adalah suara Iblis terkutuk, sebab dengki terhadap Muhammad Saw maka dia bermaksud agar beliau dimasukkan ke dalam kubur tanpa dimandikan”.
Kata Ali, “Semoga Allah membalas kebaikan kepadamu, sebab Engkau telah memberitahukan bahwa tadi itu suara iblis terkutuk, maka siapakah Engkau?”
Suara itu menjawab, “Saya adalah Nabi Khidir, menghadiri jenazah Nabi Muhammad Saw.”
Selanjutnya Ali ra, memandikan Jasad Nabi Muhammad Saw, Fadhal bin Abbas dan Usamah bin Zahid ra yang menuangkan air dan malaikat Jibril telah datang dengan membawa obat penahan kehancuran jasad dari surga. Kemudian mereka mengkafani beliau serta menguburnya di kamar Siti Aisyah ra, di tengah malam Rabu, sedang Siti Aisyah ra berdiri di atas kubur Nabi Muhammad Saw sambil berkata, “Hai orang yang belum pernah mengenakan pakaian dari sutra, dan belum pernah tidur di atas ranjang yang empuk, hai orang yang keluar dari dunia sedang perutnya belum pernah kenyang meskipun dengan roti,dengan gandum kasar; hai orang yang memilih tidur di atas tikar daripada balai/ranjang; hai orang yang tidak tidur sepanjang malam karena takut siksa neraka Sa’ir.
source : kaskus